Kamis, 07 November 2013

Efek Rumah Kaca

EFEK RUMAH KACA          
                                                                    


PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA

Dunia memperoleh sebagian besar energi dari pembakaran bahan bakar fosil yang berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun gas bumi. Ketika pembakaran berlangsung sempurna, seluruh unsur karbon dari senyawa ini diubah menjadi karbon dioksida. Senyawa karbon dari bahan bakar fosil telah tersimpan di dalam bumi selama beratus-ratus milliar tahun lamanya.

Dalam jangka waktu satu atau dua abad ini, senyawa karbon ini dieksploitasi dan diubah menjadi karbon dioksida. Tidak semua karbon dioksida berada di atmosfir (sebagian darinya larut di laut dan danau, sebagian juga diubah menjadi bebatuan dalam wujud karbonat kalsium dan magnesium), tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar CO2 di atmosfir perlahan-lahan meningkat tiap tahun.

Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting yang disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon dioksida memiliki sifat memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat melaluinya tetapi menyerap sinar infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan temperatur rata-rata, bumi harus melepaskan energi setara dengan energi yang diterima. Energi diperoleh dari matahari yang sebagian besar dalam bentuk cahaya sinar tampak. Oleh karena CO2 di atmosfer memperbolehkan sinar tampak untuk lewat, energi lewat sampai ke permukaan bumi.

Tetapi energi yang kemudian dilepaskan (dipancarkan) oleh permukaan bumi sebagian besar berada dalam bentuk infra merah, bukan cahaya sinar tampak, yang oleh karenanya disearap oleh atmosfer CO2. Sekali molekul CO2 menyerap energi dari sinar infra merah, energi ini tidak disimpan melainkan dilepaskan kembali ke segala arah, memancarkan balik ke permukaan bumi.

Sebagai konsekuensinya, atmosfer CO2 tidak menghambat energi matahari untuk mencapai bumi, tetapi menghambat sebagian energi untuk kembali ke ruang angkasa. Fenomena ini disebut dengan Efek rumah kaca. Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti Satelit alami, Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca.

PENYEBAB EFEK RUMAH KACA

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikanpembakaran bahan bakar minyak, batubara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.  

Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan Cloro Floro Carbon(CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Gas rumah kaca 

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.

Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti : letusan vulkanik, pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida), dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).

Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.

Uap air

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan.

Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca, yang mengakibatkan meningkatnya temperatur, dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

Karbondioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya.

Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

Metana

Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. 

Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.

Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan Cloro Floro Carbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). 

Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.

Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.


DAMPAK EFEK RUMAH KACA

      1.       Iklim di Bumi Menjadi Tidak Stabil

Akibat meningkatnya suhu permukaan bumi maka sebagan gunung-gunung es telah mencair dan mengakibatkan kenaikan air laut. Hal ini juga menyebabkan daerah-daerah yang dulunya mengalami kejadian salju ringan mungkin dimasa mendatang tidak akan mengalaminya lagi. Temperatur pada saat musim kemarau maupun musim dingin akan terasa meningkat, bahkan sekarang di daerah perkotaan sudah bias dirasakan panasnya suhu meskipun sedang musim penghujan. 

Selain itu, kondisi ini juga berdampak pada molekul air yang akan semakin cepat m,engalami penguapan dari permukaan tanah dan bukan tidak mungkin cuaca pun akan semakin ekstrim sehingga akan lebih sering terjadi badai, putting beliung maupun banjir.

      2.       Peningkatan Permukaan Air Laut

Mencairnya gunung-gunung es yang berada di kutub belakangan ini berdampak pada meningginya permukaan air laut antara 10 – 25 cm selama abad 20 dan diprediksi akan terjadi peningkatan air laut hingga 8 – 99 cm pada abad 21. Hal ini dapat memicu terjadinya erosi pada tebing pesisir pantai, semakin sering terjadi banjir rob, mengancam kepunahan ekosistem di laut maupun di darat bahkan bisa menenggelamkan beberapa pulau di dunia. 

Menurut perhitungan simulasi, Efek Rumah Kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.

      3.       Krisis Pangan

Dengan adanya kejadian ini, menyebabkan bumi dalam kondisi yang lebih hangat.Ada beberapa daerah yang diuntungkan namun lebih banyak daerah yang mendapatkan dampak negative. Namun pada dasarnya tanaman-tanaman yang ada di bumi baik berupa tanaman pangan ( sayur, buah ) maupun tanaman kayu berpotensi lebih besar mendapat gannguan dari serangan hama dan penyakit.

      4.       Gangguan Ekologis

Sebagai bentuk kan keberlanjutan manusia dalam mengekspansi bumi ini maka akan mengakibatkan hewan da tumbuh-tumbuhan menjadi mahkluk hidup yang paling terancam dalam perkembangan efek rumah kaca. Hewan-hewan diprediksi akan cenderung bermigrasi kea rah kutub atau ke atas pegunungan . 

Tumbuhan akan mengalami evolusi maupun mengubah arah pertumbuhannya  mencari daerah baru klarena habitatnya yang sli mengalami perubahan suhu yang lebih hangat. Tetapi dengan tingginya tingkat pertumbuhan manusia dapat mengakibatkan trerjadinya pemusnahan spesies baik hewan maupun tumbuhan.

      5.       Sosial Politik

Perubahan cuaca yang ekstrim akan memicu kegagalan panen sehingga hal ini dapat mengakibatkan kekurangan pangan dan malnutrisi. Kejadian-kejadian diatas akan menimbulkan permasalahan baik penyebaran penyakit maupun pengungsian-pengungsian.

      6.       Ketahanan Pangan Terancam

Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air, kenaikan air laut, serta angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi jadwal panen dan jangka waktu penanaman. Peningkatan suhu 10C diperkirakan menurunkan panen padi sebanyak 10%.

      7.       Rusaknya Ekosistem

Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi.Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.


USAHA-USAHA UNTUK MENANGGULANGI EFEK RUMAH KACA

1.       Menciptakan dan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan

Tahukah Anda bahwa gas karbon dioksida cukup besar disumbangkan dari asap kendaraan bermotor yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, Anda perlu memilih bahan bakar alternatif seperti biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang dibuat dari berbagai lemak tanaman atau pun hewan yang ramah lingkungan. 

Ada banyak tanaman yang bisa dijadikan sebagai sumber lemak untuk pembuatan bahan bakar, diantaranya adalah biji jarak, zaitun, bunga matahari dan sebagainya. Sementara dari jenis lemak hewani, lemak ayam merupakan bahan murah yang mudah didapat dan bisa dibuat sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Saat ini telah banyak ditemukan berbagai penelitian tentang biodiesel. Penggunaan biodiesel secara jelas akan membantu mengurangi efek rumah kaca.

2.       Penghijauan di muka bumi

Tanaman hijau merupakan salah satu solusi utama untuk mengurangi timbunan gas karbon dioksida di udara. Dimana pada proses fotosintesis tanaman, gas tersebut dibutuhkan sebagai komponen utama. Oleh karena itu, dengan melakukan penghijauan melalui penanaman pohon hijau, atau pemeliharaan hutan-hutan lindung di muka bumi, secara langsung akan membantu menyerap timbunan gas rumah kaca di udara, sehingga kondisi udara pun dapat disaring dan akhirnya akan bersih kembali. Gerakan menanam pohon merupakan langkah mudah untuk mencegah efek rumah kaca. Kita juga dapatMoratorium penebangan hutan dan kampanye menanam pohon di setiap rumah.

3.       Listrik Ramah Lingkungan sebagai sumber energi utama

listrik dengan pembangkit yang tidak memakai Bahan Bakar Minyak (BBM).Cukup menggunakan energi air terjun atau hempasan angin dan matahari yang jelas-jelas melimpah ruah di segala penjuru Indonesia yang beriklim tropis ini. Ini langkah mewujudkan janji mengurangi emisi karbon sampai 26 persen pada tahun 2020.

      4.       Dampak Program mobil murah terhadap Efek Rumah Kaca

Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Low Cost Green Car (LCGC) atau Mobil Murah Ramah Lingkungan dengan kisaran harga dibawah Rp 100 juta merupakan strategi pemerintah yang bertujuan untuk:

      a. Mengurangi konsumsi bahan bakar minyak.

      b. Mewujudkan komitmen pemerintah mengurangi 26 persen efek gas rumah 
          kaca pada 2020.

Namun pada kenyataannya :

     Kehadiran LCGC bertentangan dengan program pemerintah yaitu mengurangi penggunaan subsidi BBM, karena yang menggunakan LCGC adalah masyarakat menegah. Bisa jadi, penggunaan LCGC dapat meningkat pengunaan BBM bersubsidi. Sehingga dapat menyebabkan Efek Rumah Kaca karena Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah  pembakaran bahan bakar fosil seperti Bahan Bakar Minyak (BBM).

    Penggunaan LCGC tidak menjamin mengurangi 26 persen efek gas rumah kaca, karena pengaruh mobil sangat kecil ketimbang menjamurnya pembangunan gedung-gedung pencangkar langit yang menyebabkan semakin mengecilnya taman-taman kota dan ruang-ruang terbuka lainnya. 

Referensi         :  





Senin, 21 Oktober 2013

Hewan dan Tumbuhan

 DESKRIPSI HEWAN


1. Panda


Panda adalah Hewan  mamalia yang diklasifikasikan ke dalam keluarga beruang. Binatang ini mempunyai bulatan hitam di sekitar mata.

Secara taksonomis, panda adalah karnivora namun makanannya seperti herbivora, sebagian besar tumbuh-tumbuhan, hampir hanya bambu saja.

Secara teknis, panda adalah omnivora (Bisa disebut Karnivora, Omnivora, Herbivora), karena diketahui mereka juga makan telur, dan juga serangga selain bambu. Kedua makanan ini adalah sumber protein yang diperlukan.

Habitat panda adalah di gunung-gunung di negri China. Ada beberapa jenis panda di antaranya adalah Panda Besar dan Panda Merah.

Untuk ukuran, Panda jantan bisa mencapai panjang/tinggi 1,5 meter dan tinggi 75 cm, berat panda ini bisa mencapai 115 kg. Panda betina sedikit lebih kecil 10% - 20% dibandingkan dengan panda jantan.

Pada Panda Besar memiliki cakar yang ganjil dengan jempol dan lima jari jempol ini sebenarnya tulang -pergelangan tangan yang termodifikasi.



2. Landak

                                               

Adanya bulu kuat berbentuk duri tajam yang merupakan alat perlindungan bagi landak apabila dia terancam bahaya.

Ketika ada bahaya datang maka bulu-bulu landak akan berdiri dan dapat melukai musuh yang menyerang, bahkan bulu yang menancap pada tubuh lawan akan tertinggal dan terlepas dari tubuh landak.  

Habitat hidup landak yang sering menempati lubang-lubang tanah. Landak merupakan binatang yang banyak ditemukan di daerah tropis, meskipun penyebarannya sampai ke benua Afrika dan juga Amerika.

Bentuk tubuh dari hewan ini cenderung agak bulat dengan gerakan yang tidak begitu lincah. Landak merupakan hewan pengerat.

Nama ilmiah atau nama latin landak adalah Hystricomorph Hystricidae

3. Komodo
                                                
                                     


Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti.

Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah akibat jaringan giginya tercabik selama makan karena pada gigi komodo hampir seluruhnya dilapisi jaringan pada giginya. Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka.

Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang.

Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya.

Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam. 

4. Musang Luwak

                                               


Hewan menyusui (mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (Viverridae).

Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang).

Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat.

Terdapat beberapa bintik samar di sebelah tubuhnya. Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala. Dan pada Musang betina memiliki tiga pasang puting pada tubuhnya.

Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah.

Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya.

5. kelinci



Kelinci ialah satu genus mamalia serupa arnab yang tergolong dalam famili Leporidae.

Kelinci betina memiliki jumlah uterus yang sepasang memungkinkan untuk memiliki jumlah  anak lebih dari satu atau multiple impregnations.

Kelinci merupakan hewan yang berusus satu.

Pakan utama kelinci yaitu Rumput, Sayuran, Bijian.

Siklus kelamin : Poliestrus dalam setahun bisa 5 kali bunting.

Kelinci lahir hanya mengandalkan makan dari air susu induknya.Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak disapih.

Anak kelinci akan belajar makan rumput pada umur 14 hari dan mulai banyak makan diusia 26 hari.
kelinci memiliki pertumbuhan gigi yang terus menerus.

Kelinci memiliki karakter selalu siaga, bereaksi ageresif untuk menjauhi ancaman yang berada disekitarnya.



DESKRIPSI TUMBUHAN


1. Cendana

                                                     

Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. 

Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.  

Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan biasanya dianggap yang paling bagus kualitasnya. Pohon cendana yang tergolong keluarga Santalaceae, Ordo Loranthaceae. 

Cendana bersifat introtrap terhadap karbon, bibit cendana yang baru tumbuh, yang hanya mempunyai akar rambut, menggantungkan diri kepada tuan rumah tanaman inang. Kondisi iklim tempat tumbuhnya cendana harus menunjukkan perbedaan musim kamarau dan musim penghujan yang jelas. 

Pertumbuhan cendana secara alamiah terutama di daerah formasi terumbu karang. Cendana sangat suka tumbuh di daerah bebatuan dan tanah vulkanis yang meneruskan air. Cendana dapat hidup di daerah sampai pada ketinggian 1.500 m dari permukaan laut. Cendana tidak dapat tumbuh di hutan lebat tetapi di pinggir hutan dan di daerah padang savana.  

Pohon cendana mencapai ketinggian 11 sampai 15 meter dengan diameter 25 - 30 cm. Batangnya bulat dan kulitnya berwarna coklat abu-abu sampai coklat merah. Cabangnya mulai pada bagian setengah pohon. Dahan-dahan primer sangat tidak beraturan, sering bengkok dan banyak ranting. Dahan bagan bawah cenderung tumbuh menggantung. Daun cendana berhadap-hadapan, bentuknya elips hingga lanset (bulat telur) dengan dua ujungnya lancip.


2. Lidah Buaya 

                                                    


Daun lidah buaya berwarna hijau ke abu-abuan, memiliki lapisan lapisan lilin, bagian pinggir dau berjajar duri yang tumpul, daun mudanya terdapat bercak hijau sampai putih.

Kandungan utama daun adalah air pada daging daun bentuk Gel/lendir.

Batang dan bunga lidah buaya terlihat bila lidah buaya sudah tua. Bila tanaman masih muda, batang tertutup oleh daun-daun. Sementara bunga tanaman lidah buaya berbentuk seperti lonceng.

Mempunyai Akar serabut yang kuat dan daun hijau ke kelabu-hijau yang banyak, berisi tebal, dan bergerigi.


3. Bawang Putih

                                                       


Tinggi pohon sekitar 60 cm. Batang semu dengan warna hijau. 

Memiliki umbi besar yang terdiri dari beberapa siung (khusus untuk bawang putih tunggal, hanya memiliki satu siung) Masing-masing siung dibungkus oleh lapisan tipis dan akan mengeluarkan aroma yang cukup tajam.  

Daun bawang putih beralur berbentuk pipih memanjang dengan ukuran panjang 60 cm dan lebar 1.5 cm, tepi daun rata dengan bagian ujung runcing.  

Akar berbentuk serabut.  

Warna bunga putih, memiliki tangkai panjang dan berbentuk payung

4. Kantung Semar

                                                      


Kantong semar merupakan tumbuhan yang mempunyai daun berbentuk seperti kantong. Daun ini menghasilkan cairan khusus untuk mencerna serangga yang terjebak di dalamnya. Tumbuhan ini disebut juga insektivora (pemakan serangga).

Kantong semar biasanya tumbuh di tanah lembap yang sangat sedikit mengandung nitrogen. Oleh karena itu, kantong semar memangsa serangga untuk memenuhi kebutuhan nitrogennya.

Cairan khusus yang ada pada daun kantong semar disebut nektar (zat penyusun madu). Nektar ini akan menarik perhatian serangga. Ketika mencium nektar, serangga yang hinggap di mulut kantong akan terpeleset ke dalam kantong.

5. lengkuas

                                                        


Lengkuas adalah terna tegak yang tingginya 2 m atau lebih.

Batangnya yang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya ini bertipe batang semu.

Daunnya tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan tepinya rata. Ukurannya daunnya adalah: 25 - 50 cm × 7 - 15 cm. Pelepah daunnya berukuran 15 - 30 cm, beralur, dan berwarna hijau.

Perbungaannya majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga di bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan. Mahkota bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya putih, dan bawahnya berwarna hijau.

Buahnya termasuk buah buni, bulat, keras, dan hijau sewaktu muda, dan coklat, apabila sudah tua. Umbinya berbau harum, ada yang putih, juga ada yang merah. Menurut ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil. Karenanya, dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan warna dan ukuran rimpangnya.

Rimpangnya ini merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar, dan pedas jika tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum banyak seratnya, panen dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5 - 4 bulan.