Minggu, 10 April 2016

Analisis Rasio Laporan Keuangan

ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN 

Menurut Agus Sartono yang dimaksud dengan analisa rasio keuangan adalah : 

"Dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisa rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan". 

Menurut Bambang Riyanto penganalisa finansial dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu: 
  • Pembandingan present ratio dengan rasio-rasio semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang sama. 
  • Pembandingan antara rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan-perusahaan atau industri lain yang sejenis (rasio rata-rata atau rasio industri). 

KASUS 1

Di bawah ini adalah Laporan Laba/Rugi PT JAK ( angka dalam ribuan):



Dan di bawah ini adalah Laporan Posisi Keuangan atau Neraca PT. JAK (angka dalam ribuan):


PT JAK menghasilkan profit sebesar Rp 979,000,000 seperti nampak pada Laporan Laba/Rugi.

Pertanyaannya : Apakah profit segini ini terbilang rendah,. sedang, atau tinggi? Apakah capaian profit ini sudah terbilang bagus atau belum? Apakah angka profit tersebut. mencerminkan kinerja yang bagus atau tidak? Apakah wajar atau tidak? Dan seterusnya.

Jawabannya: relative dan tergantung. Iformasi “Laba Rp xxxxxx” atau “Rugi xxxxxx” tidaklah cukup. Itu sebabnya mengapa Laporan Keuangan (Neraca, Laba/Rugi dan Laporan Arus Kas) perlu dianalisa. Khusus untuk menganalisa “tingkat laba ” atau. “profitabilitas" (profitability) yang lumrah digunakan adalah rasio-rasio dari kelompok profitabilitas.

“Rasio Profitabilitas” mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan cara membandingkan antara laba (profit) dengan elemen-lemen lain laporan keuangan seperti Penjualan, HPP, Aset, Ekuitas, Modal Saham, dlsb.

Ada 6 rasio profitabilitas yang paling sering digunakan, yakni: (1) Gross Margin on Sales (2) Profit Margin on Sales atau Return on Sales—ROS (3) Return on Assets—ROA (4) Return on Equity—ROE (5) Earnings Per Share—EPS dan (6) Dividend Payout Ratio.

  • Rasio Gross Margin On Sales

Seperti namanya, “Gross Margin On Sales”—kadang disebut “Gross Profit Margin On Sales”—adalah angka perbandingan antara Laba Kotor (Gross Margin) dengan Penjualan Netto (Net Sales). Yang disebut Penjualan Netto adalah Penjualan setelah dikurangi diskon, potongan rabat dan retur. Sehingga formula untuk rasio ini adalah sbb:

Rasio Gross Margin On Sales = Gross Margin / Penjualan Netto

Sedangkan Gross Margin adalah sisa dari angka penjualan netto setelah dikurangi Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) yang bisa dipermulasikan dengan “Penjualan – Harga Pokok Penjualan,” seperti nampak pada contoh Laporan Laba/Rugi di atas.

Rasio Gross Margin On Sales = (Penjualan Netto - HPP) / Penjualan Netto

Pada Laporan Laba/Rugi PT JAK, nampak Penjualan Netto Rp. 10,907,000,000. Sedangkan Gross Margin nya Rp. 4,825,000,000 sehingga:

Rasio Gross Margin on Sales = 4,825,000,000/10,907,000,000. = 44%

Rasio Gross Margin on Sales = 44% Apa artinya?

Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 penjualan bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, Rp 0.56 dipergunakan untuk menutup. Harga Pokok Penjualan, sehingga tersisa Rp 0.44 saja untuk
menutup biaya operasional, dan PT JAK berharap untuk menghasilkan profit. Dengan kata lain, dari total penjualan netto yang dihasilkan, 56% nya habis digunakan untuk menutup HPP dan hanya 44% yang tersisa untuk menutup biaya operasional, JAK berharap ada sisa laba bersih di akhir perhitungan.

  • Rasio Profit Margin On Sales

Rasio Profit Margin on Sales—atau sering disebut “Return on Sales” (ROS)—adalah angka perbandingan antara Laba Bersih (Net Profit) dengan Penjualan Netto (Net Sales). Sehingga formulanya:

Rasio Profit Margin On Sales = Laba Bersih / Penjualan Netto

Dalam kasus PT. JAK, dengan menggunakan Laporan Laba/Rugi di atas, menjadi:

Rasio Profit Margin on Sales = Rp 979,000,000 / 10,907,000,000 = 9% Apa artinya?

Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 dari penjualan netto yang. dihasilkan, laba bersih yang tersisa hanya Rp 0.09. Sedangkan. yang Rp 0.91 habis untuk menutup HPP, biaya operasional dan pajak. Dengan kata lain, dari total penjualan netto yang dihasilkan, PT JAK hanya menyisakan 9% laba bersih. Sedangkan 91% nya habis untuk menutup HPP, Biaya Operasional dan Pajak.

  • Rasio Return On Assets (ROA)
“Return On Assets” (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan aset dalam menghasilkan profit. Dengan kata lain, rasio ini mencerminkan seberapa efektif manajemen menggunakan Aset milik perusahaan guna menghasilkan Laba. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan Laba Bersih yang dihasilkan pada satu periode dengan nilai bersih total aset. Formulanya:

Rasio Return On Assets = Laba Bersih / Total Asset

Laba Bersih PT JAK Rp 979,000,000. Sementara total nilai aset-nya (lihat Neraca) adalah Rp 10,715,000,000. Sehingga:

Rasio Return On Assets = Rp 979,000,000 / Rp 10,715,000,000 = 9.1% Apa artinya?

Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 Aset yang digunakan, PT JAK hanya mampu menghasilkan Rp 0.091 Laba Bersih. Bisa juga dikatakan, PT JAK hanya mampu menghasilkan Laba Bersih 9.1% dari total Aset yang digunakan.

  • Rasio Return On Equity (ROE) atau Return On Investement (ROI) 
“Rasio Return On Equity” (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan efektifitas perusahaan dalam memberikan penghasilan bagi setiap investasi dalam bentuk ekuitas yang ditanamkan oleh pemegang saham. Itu sebabnya rasio ini sering disebut “Return on Investment (ROI). Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara Laba Bersih
yang dihasilkan pada suatu periode dengan saldo rata-rata Ekuitas Pemilik pada Neraca. Formulanya:

Return On Equity (ROE)  = Laba Bersih / Rata-Rata Ekuitas

Laba Bersih pada Laporan Laba/Rugi PT JAK menunjukkan angka Rp 979,000,000. Sementara total Ekuitas pada Neraca menunjukkan angka Rp 2,071,000,000. Sehingga:

ROE atau ROI = Rp 979,000,000 / 2,071,000,000 = 47.3% Apa artinya?

Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 yang diinvestasikan pada PT JAK, pemegang saham memperoleh tambahan nilai ekuitas Rp 0.473. Bisa juga dikatakan, dari total investasi pada PT JAK, pemegang saham memperoleh kenaikan nilai ekuitas hampir separuhnya yakni 47.3%

  • Rasio Earnings Per Share (EPS)
“Rasio Earning Per Share (EPS) mengukur kemampuan setiap, lembar saham perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bagi para pemegangnya.

Catatan: Pada Laporan Keuangan perushaan berstatus Go Public yang disusun menggunakan acuan GAAP, EPS wajib disajikan pada Laporan Laba/Rugi. Hal ini kemudian membuat nilai EPS menjadi pusat perhatian semua pihak (internal maupun eksternal), sehingga angka EPS—secara psikologis—lebih berpengaruh terhadap nilai saham di bursa dibandingkan Laba Bersih atau ROE/ROI. Perhitungan EPS tidak sederhana. Namun untuk
penyederhanaan, bisa diformulasikan sbb: 

EPS (Sederhana) = (Laba Bersih - Dividend Preferen) / Rata-Rata Tertimbang Saham Beredar

Pertanyaan: Bagaimana jika perusahaan tidak memiliki saham preferen? EPS otomatis sama dengan Laba Bersih dibagi Rata-Rata Tertimbang Saham Beredar

Misalnya : Jika perusahaan melaporkan Laba Bersih Rp 1,000,000,000, tidak memiliki saham preferen, dan saham (biasa) beredarnya 1,000,000,000 lembar, maka EPS nya
otomatis Rp 1.

Bagaimana jika dalam contoh di atas ada 750,000,000 lembar saham biasa baru diterbitkan di akhir tahun buku (31 Desember)? Yang dihitung sebagai rata-rata tertimbang saham beredar hanya 250,000,000 lembar saham saja. Sebab yang 750,000,000 dianggap belum beredar. Sehingga EPS-nya menjadi Rp 1,000,000,000/250,000,000 lembar=Rp 4.00. Logikanya, uang hasil penjualan 750,000,000 saham belum sempat digunakan untuk menghasilkan profit, sehingga tidak berhak atas dividend.

Dalam kasus PT JAK, katakanlah harga saham per lembar nya Rp 0.25 (ini biasa disebut “par value”). Modal saham disetor Rp 105,000,000 pada Neraca diterjemahkan menjadi total lembar saham beredar sebanyak 105,000,000/0.25 = 420,000,000 lembar saham beredar. Jika keseluruhan saham ini diasumsikan beredar sejak awal tahun tanpa mengalami perubahan, maka:

EPS (sederhana) = Rp 979,000,000 / 420,000,000 = Rp 2.33

  • Rasio Pembayaran Dividend (Dividend Payout Ratio)
“Rasio Pembayaran Dividend” adalah rasio perbandingan antara pembayaran dividend saham biasa dalam bentuk kas dengan Laba Bersih setelah dikurangi dividend preferen. Sehingga formulanya menjadi:

Rasio Pembayaran Dividend = Dividend Kas Saham Biasa / (Laba Bersih - Dividend Preferen)

Jika pada kasus PT JAK dividend kas yang dibayarkan untuk saham biasa sebesar Rp 450,000,000 sementara tidak ada dividend preferen, maka:

Rasio Pembayaran Dividend = Rp 450,000,000 / Rp 979,000 = 46% Apa artinya?

Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 laba bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, yang dibagikan dalam bentuk dividend kas kepada pemegang saham biasa hanya Rp 0.46. Atau bisa dibaca, dari total laba bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, yang dibagikan dalam bentuk dividend kas kepada pemegang saham biasa hanya 46% nya.

Secara keseluruhan, rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit. Bisa juga dipandang sabagai pengukuran terhadap efektifitas operasional perusahaan.

Sumber

KASUS 2

Di bawah ini adalah Laporan Posisi Keuangan atau Neraca PT. ZHR :




Dan di bawah ini adalah Laporan Laba Rugi PT. ZHR :



RASIO PROFITABILITAS 

“Rasio Profitabilitas” mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan cara membandingkan antara laba (profit) dengan elemen-lemen lain laporan keuangan seperti Penjualan, HPP, Aset, Ekuitas, Modal Saham, dsb. 

  • Gross Profit Margin (GPM)
Adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan

formula : 
penjualan bersih – hpp ÷ penjualan bersih
920.000.000 – 100.000.000 ÷ (920.000.000) = 0,89

Kesimpulan : 0,89 itu artinya setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR, 0,11 nya digunakan untuk menutup hpp, sementara 0,89 nya digunakan untuk menutup biaya umum. Dengan kata lain setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR 11% nya digunakan untuk menutup hpp, sementara 89% nya digunakan untuk menutup biaya umum.

  • Net Profit Margin
Adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Net Profit Margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak.

Formula : 
Laba bersih ÷ penjualan bersih
551.000.000 ÷ 920.000.000 = 0,59

Kesimpulan : 0,59 itu artinya setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR 0,41 nya digunakan untuk menutup hpp, biaya umum, pajak, sementara untuk 0,59 nya merupakan laba bersih PT. ZHR dengan kata lain setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR 41% nya digunakan untuk menutup hpp, biaya umum, pajak, sementara untuk 59% nya merupakan laba bersih. 

  • Return On Equity
Adalah rasio untuk megukur tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut

Formula : 
Laba bersih ÷ modal 
551.000.000 ÷ 340.000.000 = 1,62

Kesimpulan : 1,62 itu artinya untuk setiap Rp. 1,- investasi yang ditanamkan di PT ZHR investor mendapatkan tingkat pengembalian sebesar 1,62 .

RASIO LIKUIDITAS 

“Rasio likuiditas” adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

  • Current Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya(kurang dari 1 tahunbuku) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.

Formula : 
aktiva lancar ÷ kewajiban lancar
120.000.000 ÷ 35.000.000 = 3,4

Kesimpulan : 3,4 itu artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar PT. ZHR dijamin oleh 3,4 aktiva lancar, jadi perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar 3,4 : 1

  • Quick Ratio
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.

Formula : 
aktiva lancar – persediaan ÷ kewajiban lancar
100.000.000 – 20.000.000 ÷ 35.000.000 = 2,2

Kesimpulan : 2,2 itu artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar PT. ZHR dijamin oleh 2,2 aktiva lancar tanpa persediaan, jadi perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar 2,2 : 1

Sumber

Analisis rasio laporan keuangan

Analisis Rasio Keuangan 

Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Oleh karena itu penganalisa harus mampu menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor di masa mendatang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.

Pengertian Rasio Keuangan Menurut Para Ahli

Menurut Bambang Riyanto mengenai definisi rasio keuangan adalah :

"Rasio keuangan adalah ukuran yang digunakan dalam interpretasi dan analisis laporan finansial suatu perusahaan. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskanh hubungan antara dua macam data finansial".

Menurut S. Munawir analisis rasio keuangan adalah :

"Suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut".

Pengertian analisis rasio keuangan menurut Weston adalah :

"Analisis rasio keuangan memberikan kerangka hubungan antar pos-pos neraca dan perhitungan laba rugi, memungkinkan seseorang menelusuri sejarah suatu perusahaan dan menilai posisi keuangannya saat ini, serta memungkinkan bagi manajer keuangan memperkirakan reaksi kreditur atau investor terhadap keadaan keuangan perusahaan dan dengan demikian dapat mancari cara-cara yang tepat untuk mendapatkan dana". 

Menurut Agus Sartono yang dimaksud dengan analisa rasio keuangan adalah :

"Dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisa rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan".

Tujuan Analisis Rasio Keuangan 

Menurut Keown et all tujuan rasio keuangan adalah untuk menjawab :
  • Tingkat likuiditas perusahaan.
  • Keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan.
  • Dana untuk perusahaan.
  • Tingkat pengembalian pemegang saham biasa.
Menurut A. Sartono (2001:114) tujuan analisa rasio keuangan adalah:

  • Bagi manajer kredit, analisa rasio keuangan dipergunakan untuk memperkirakan risiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang diminta. 
  • Bagi investor, sebagai alat untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mengukur adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan. 
  • Bagi manajemen perusahaan, untuk merencanakan dan mengevaluasi performance atau prestasi manajemen dikaitkan dengan prestasi rata-rata industri. 
  • Bagi manajer perusahaan, mengidentifikasikan kemungkinan melakukan merger (penggabungan) dengan perusahaan lain. 
Alasan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan 

Alasan penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis keuangan dikemukakan oleh Ress sebagai berikut :
  • Sebagai ringkasan statistik
Analisis rasio keuangan digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas detil laporan keuangan ke dalam bentuk serangkaian rasio.
  • Sebagai identifikasi kondisi suatu industri
Perusahaan menggunakan standar industri untuk melihat perbedaan yang tidak normal dengan prestasi perusahaan, sehingga dapat diambil tindakan yang diperlukan.
  • Sebagai masukan dalam pengambilan keputusan
Para pengambil keputusan menggunakan rasio keuangan sebagai data tambahan bersama-sama dengan informasi time series dan cross sectional trend, yang juga disertai pengalaman keputusan atas industri yang bersangkutan.
  • Untuk standarisasi
Penggunaan rasio sebagai pembanding bagi organisasi yang beroperasi dalam berbagai skala.

Kegunaan Analisis Rasio Keuangan 

Dengan menggunakan analisis rasio keuangan, ada dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna, yaitu :
  • Manajer, mengukur dan melacak keuangan perusahaan sepanjang waktu, fokus utama dari analisa mereka sering berkaitan dengan berbagai ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi keuangan perusahaan dari sudut pandang pemilik. 
  • Para analis yang merupakan analis eksternal bagi perusahaan. Contoh kelompok ini adalah petugas pemberi pinjaman dari bank komersial yang menentukan kelayakan kredit pemohon pinjaman. Disini analisis lebih ditekankan pada sejarah penggunaan hutang oleh perusahaan serta kemampuannya untuk membayar bunga dan pokok pinjaman tersebut.
Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan 

Menurut Sofyan Syafri Harahap adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah :
  • Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
  • Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:
  • Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bisa atau subjektif;
  • Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar;
  • Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio;
  • Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
  • Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 
  • Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
  • Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
Jenis-Jenis Rasio Keuangan 
  • Rasio likuiditas Rasio ini terdiri dari current ratio,  cash ratio (ratio of immediate solvency), quick ratio (acid test ratio) dan working capital to total asset ratio. Rasio-rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek.
  • Rasio Leverage Ada lima macam rasio yang digunakan untuk mengukur leverage. Rasio-rasio tersebut adalah total debt to equity ratio, total debt to total capital assets, long term debt ti equity ratio, tangible asset debt coverage, dan times interest earned ratio.
  • Rasio Aktivitas Rasio aktivitas terdiri dari total assets turnover, receivable turnover, average collection, inventory turnover, average days inventory, dan working capital. Rasio ini dimaksudkan untuk mengaetahui efisiensi penggunaan dana.
  • Rasio Keuntungan Rasio keuntungan terdiri dari tujuh macam rasio, yaitu: gross profit margin, operating income ratio (operating profit margin), operating ratio, net profit margin (sales margin), earning power of total investment (rate of return an total assets), net earning power ratio (rate of return on investement/ROI), rate of return for the owners (rate of return on net worth). Rasio keuntungan ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba berdasarkan modal yang dimiliki, baik modal asing maupun modal sendiri.
Rumus-Rumus Rasio Keuangan 





Referensi :
Sumber 1
Sumber 2