ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN
Menurut Agus Sartono yang dimaksud dengan analisa rasio keuangan adalah :
"Dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisa rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan".
Menurut Bambang Riyanto penganalisa finansial dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu:
- Pembandingan present ratio dengan rasio-rasio semacam di waktu-waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang sama.
- Pembandingan antara rasio-rasio suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan-perusahaan atau industri lain yang sejenis (rasio rata-rata atau rasio industri).
KASUS 1
Di bawah ini adalah Laporan Laba/Rugi PT JAK ( angka dalam ribuan):
Dan di bawah ini adalah Laporan Posisi Keuangan atau Neraca PT. JAK (angka dalam ribuan):
PT JAK menghasilkan profit sebesar Rp 979,000,000 seperti nampak pada Laporan Laba/Rugi.
Pertanyaannya : Apakah profit segini ini terbilang rendah,. sedang, atau tinggi? Apakah capaian profit ini sudah terbilang bagus atau belum? Apakah angka profit tersebut. mencerminkan kinerja yang bagus atau tidak? Apakah wajar atau tidak? Dan seterusnya.
Jawabannya: relative dan tergantung. Iformasi “Laba Rp xxxxxx” atau “Rugi xxxxxx” tidaklah cukup. Itu sebabnya mengapa Laporan Keuangan (Neraca, Laba/Rugi dan Laporan Arus Kas) perlu dianalisa. Khusus untuk menganalisa “tingkat laba ” atau. “profitabilitas" (profitability) yang lumrah digunakan adalah rasio-rasio dari kelompok profitabilitas.
“Rasio Profitabilitas” mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan cara membandingkan antara laba (profit) dengan elemen-lemen lain laporan keuangan seperti Penjualan, HPP, Aset, Ekuitas, Modal Saham, dlsb.
Ada 6 rasio profitabilitas yang paling sering digunakan, yakni: (1) Gross Margin on Sales (2) Profit Margin on Sales atau Return on Sales—ROS (3) Return on Assets—ROA (4) Return on Equity—ROE (5) Earnings Per Share—EPS dan (6) Dividend Payout Ratio.
- Rasio Gross Margin On Sales
Seperti namanya, “Gross Margin On Sales”—kadang disebut “Gross Profit Margin On Sales”—adalah angka perbandingan antara Laba Kotor (Gross Margin) dengan Penjualan Netto (Net Sales). Yang disebut Penjualan Netto adalah Penjualan setelah dikurangi diskon, potongan rabat dan retur. Sehingga formula untuk rasio ini adalah sbb:
Rasio Gross Margin On Sales = Gross Margin / Penjualan Netto
Sedangkan Gross Margin adalah sisa dari angka penjualan netto setelah dikurangi Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) yang bisa dipermulasikan dengan “Penjualan – Harga Pokok Penjualan,” seperti nampak pada contoh Laporan Laba/Rugi di atas.
Rasio Gross Margin On Sales = (Penjualan Netto - HPP) / Penjualan Netto
Pada Laporan Laba/Rugi PT JAK, nampak Penjualan Netto Rp. 10,907,000,000. Sedangkan Gross Margin nya Rp. 4,825,000,000 sehingga:
Rasio Gross Margin on Sales = 4,825,000,000/10,907,000,000. = 44%
Rasio Gross Margin on Sales = 44% Apa artinya?
Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 penjualan bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, Rp 0.56 dipergunakan untuk menutup. Harga Pokok Penjualan, sehingga tersisa Rp 0.44 saja untuk
menutup biaya operasional, dan PT JAK berharap untuk menghasilkan profit. Dengan kata lain, dari total penjualan netto yang dihasilkan, 56% nya habis digunakan untuk menutup HPP dan hanya 44% yang tersisa untuk menutup biaya operasional, JAK berharap ada sisa laba bersih di akhir perhitungan.
- Rasio Profit Margin On Sales
Rasio Profit Margin on Sales—atau sering disebut “Return on Sales” (ROS)—adalah angka perbandingan antara Laba Bersih (Net Profit) dengan Penjualan Netto (Net Sales). Sehingga formulanya:
Rasio Profit Margin On Sales = Laba Bersih / Penjualan Netto
Dalam kasus PT. JAK, dengan menggunakan Laporan Laba/Rugi di atas, menjadi:
Rasio Profit Margin on Sales = Rp 979,000,000 / 10,907,000,000 = 9% Apa artinya?
Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 dari penjualan netto yang. dihasilkan, laba bersih yang tersisa hanya Rp 0.09. Sedangkan. yang Rp 0.91 habis untuk menutup HPP, biaya operasional dan pajak. Dengan kata lain, dari total penjualan netto yang dihasilkan, PT JAK hanya menyisakan 9% laba bersih. Sedangkan 91% nya habis untuk menutup HPP, Biaya Operasional dan Pajak.
- Rasio Return On Assets (ROA)
“Return On Assets” (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan aset dalam menghasilkan profit. Dengan kata lain, rasio ini mencerminkan seberapa efektif manajemen menggunakan Aset milik perusahaan guna menghasilkan Laba. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan Laba Bersih yang dihasilkan pada satu periode dengan nilai bersih total aset. Formulanya:
Rasio Return On Assets = Laba Bersih / Total Asset
Laba Bersih PT JAK Rp 979,000,000. Sementara total nilai aset-nya (lihat Neraca) adalah Rp 10,715,000,000. Sehingga:
Rasio Return On Assets = Rp 979,000,000 / Rp 10,715,000,000 = 9.1% Apa artinya?
Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 Aset yang digunakan, PT JAK hanya mampu menghasilkan Rp 0.091 Laba Bersih. Bisa juga dikatakan, PT JAK hanya mampu menghasilkan Laba Bersih 9.1% dari total Aset yang digunakan.
- Rasio Return On Equity (ROE) atau Return On Investement (ROI)
“Rasio Return On Equity” (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan efektifitas perusahaan dalam memberikan penghasilan bagi setiap investasi dalam bentuk ekuitas yang ditanamkan oleh pemegang saham. Itu sebabnya rasio ini sering disebut “Return on Investment (ROI). Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara Laba Bersih
yang dihasilkan pada suatu periode dengan saldo rata-rata Ekuitas Pemilik pada Neraca. Formulanya:
Return On Equity (ROE) = Laba Bersih / Rata-Rata Ekuitas
Laba Bersih pada Laporan Laba/Rugi PT JAK menunjukkan angka Rp 979,000,000. Sementara total Ekuitas pada Neraca menunjukkan angka Rp 2,071,000,000. Sehingga:
ROE atau ROI = Rp 979,000,000 / 2,071,000,000 = 47.3% Apa artinya?
Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 yang diinvestasikan pada PT JAK, pemegang saham memperoleh tambahan nilai ekuitas Rp 0.473. Bisa juga dikatakan, dari total investasi pada PT JAK, pemegang saham memperoleh kenaikan nilai ekuitas hampir separuhnya yakni 47.3%
- Rasio Earnings Per Share (EPS)
“Rasio Earning Per Share (EPS) mengukur kemampuan setiap, lembar saham perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bagi para pemegangnya.
Catatan: Pada Laporan Keuangan perushaan berstatus Go Public yang disusun menggunakan acuan GAAP, EPS wajib disajikan pada Laporan Laba/Rugi. Hal ini kemudian membuat nilai EPS menjadi pusat perhatian semua pihak (internal maupun eksternal), sehingga angka EPS—secara psikologis—lebih berpengaruh terhadap nilai saham di bursa dibandingkan Laba Bersih atau ROE/ROI. Perhitungan EPS tidak sederhana. Namun untuk
penyederhanaan, bisa diformulasikan sbb:
EPS (Sederhana) = (Laba Bersih - Dividend Preferen) / Rata-Rata Tertimbang Saham Beredar
Pertanyaan: Bagaimana jika perusahaan tidak memiliki saham preferen? EPS otomatis sama dengan Laba Bersih dibagi Rata-Rata Tertimbang Saham Beredar
Misalnya : Jika perusahaan melaporkan Laba Bersih Rp 1,000,000,000, tidak memiliki saham preferen, dan saham (biasa) beredarnya 1,000,000,000 lembar, maka EPS nya
otomatis Rp 1.
Bagaimana jika dalam contoh di atas ada 750,000,000 lembar saham biasa baru diterbitkan di akhir tahun buku (31 Desember)? Yang dihitung sebagai rata-rata tertimbang saham beredar hanya 250,000,000 lembar saham saja. Sebab yang 750,000,000 dianggap belum beredar. Sehingga EPS-nya menjadi Rp 1,000,000,000/250,000,000 lembar=Rp 4.00. Logikanya, uang hasil penjualan 750,000,000 saham belum sempat digunakan untuk menghasilkan profit, sehingga tidak berhak atas dividend.
Dalam kasus PT JAK, katakanlah harga saham per lembar nya Rp 0.25 (ini biasa disebut “par value”). Modal saham disetor Rp 105,000,000 pada Neraca diterjemahkan menjadi total lembar saham beredar sebanyak 105,000,000/0.25 = 420,000,000 lembar saham beredar. Jika keseluruhan saham ini diasumsikan beredar sejak awal tahun tanpa mengalami perubahan, maka:
EPS (sederhana) = Rp 979,000,000 / 420,000,000 = Rp 2.33
Rasio Pembayaran Dividend = Dividend Kas Saham Biasa / (Laba Bersih - Dividend Preferen)
Jika pada kasus PT JAK dividend kas yang dibayarkan untuk saham biasa sebesar Rp 450,000,000 sementara tidak ada dividend preferen, maka:
Rasio Pembayaran Dividend = Rp 450,000,000 / Rp 979,000 = 46% Apa artinya?
Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 laba bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, yang dibagikan dalam bentuk dividend kas kepada pemegang saham biasa hanya Rp 0.46. Atau bisa dibaca, dari total laba bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, yang dibagikan dalam bentuk dividend kas kepada pemegang saham biasa hanya 46% nya.
Secara keseluruhan, rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit. Bisa juga dipandang sabagai pengukuran terhadap efektifitas operasional perusahaan.
Sumber
KASUS 2
Di bawah ini adalah Laporan Posisi Keuangan atau Neraca PT. ZHR :
Dan di bawah ini adalah Laporan Laba Rugi PT. ZHR :
Sumber
- Rasio Pembayaran Dividend (Dividend Payout Ratio)
Rasio Pembayaran Dividend = Dividend Kas Saham Biasa / (Laba Bersih - Dividend Preferen)
Jika pada kasus PT JAK dividend kas yang dibayarkan untuk saham biasa sebesar Rp 450,000,000 sementara tidak ada dividend preferen, maka:
Rasio Pembayaran Dividend = Rp 450,000,000 / Rp 979,000 = 46% Apa artinya?
Interpretasi : Untuk setiap Rp 1 laba bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, yang dibagikan dalam bentuk dividend kas kepada pemegang saham biasa hanya Rp 0.46. Atau bisa dibaca, dari total laba bersih yang dihasilkan oleh PT JAK, yang dibagikan dalam bentuk dividend kas kepada pemegang saham biasa hanya 46% nya.
Secara keseluruhan, rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit. Bisa juga dipandang sabagai pengukuran terhadap efektifitas operasional perusahaan.
Sumber
KASUS 2
Di bawah ini adalah Laporan Posisi Keuangan atau Neraca PT. ZHR :
Dan di bawah ini adalah Laporan Laba Rugi PT. ZHR :
RASIO PROFITABILITAS
“Rasio Profitabilitas” mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan cara membandingkan antara laba (profit) dengan elemen-lemen lain laporan keuangan seperti Penjualan, HPP, Aset, Ekuitas, Modal Saham, dsb.
- Gross Profit Margin (GPM)
Adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan
formula :
penjualan bersih – hpp ÷ penjualan bersih
920.000.000 – 100.000.000 ÷ (920.000.000) = 0,89
Kesimpulan : 0,89 itu artinya setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR, 0,11 nya digunakan untuk menutup hpp, sementara 0,89 nya digunakan untuk menutup biaya umum. Dengan kata lain setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR 11% nya digunakan untuk menutup hpp, sementara 89% nya digunakan untuk menutup biaya umum.
- Net Profit Margin
Adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Net Profit Margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak.
Formula :
Laba bersih ÷ penjualan bersih
551.000.000 ÷ 920.000.000 = 0,59
Kesimpulan : 0,59 itu artinya setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR 0,41 nya digunakan untuk menutup hpp, biaya umum, pajak, sementara untuk 0,59 nya merupakan laba bersih PT. ZHR dengan kata lain setiap Rp. 1,- penjualan PT. ZHR 41% nya digunakan untuk menutup hpp, biaya umum, pajak, sementara untuk 59% nya merupakan laba bersih.
- Return On Equity
Adalah rasio untuk megukur tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut
Formula :
Laba bersih ÷ modal
551.000.000 ÷ 340.000.000 = 1,62
Kesimpulan : 1,62 itu artinya untuk setiap Rp. 1,- investasi yang ditanamkan di PT ZHR investor mendapatkan tingkat pengembalian sebesar 1,62 .
RASIO LIKUIDITAS
“Rasio likuiditas” adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
- Current Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya(kurang dari 1 tahunbuku) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Formula :
aktiva lancar ÷ kewajiban lancar
120.000.000 ÷ 35.000.000 = 3,4
Kesimpulan : 3,4 itu artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar PT. ZHR dijamin oleh 3,4 aktiva lancar, jadi perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar 3,4 : 1
- Quick Ratio
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Formula :
aktiva lancar – persediaan ÷ kewajiban lancar
100.000.000 – 20.000.000 ÷ 35.000.000 = 2,2
Kesimpulan : 2,2 itu artinya setiap Rp. 1,- hutang lancar PT. ZHR dijamin oleh 2,2 aktiva lancar tanpa persediaan, jadi perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar 2,2 : 1